Pemimpin Tanpa Pengalaman

Memimpin Tanpa Pengalaman

      Seringkali, seseorang dipromosikan melewati golongan kerjanya berdasarkan kesuksesan individual. Kemudian tiba-tiba saja ia mendapati dirinya memegang peran managemen, namun tanpa pengalaman yang memadai. Di perusahaan dengan organisasi besar, hal ini tidak masalah. Karena, biasanya sudah ada sistem pendukung dan pelatihan yang sesuai. Namun, tidak demikian halnya dengan perusahaan kecil. Karena, fokus perusahaan ini biasanya adalah mencapai target bisnis yang spesifik. Tentu saja, berinvestasi mengembangkan kemampuan manajerial pegawai akan memberi manfaat langsung, baik bagi perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Akan tetapi, jika seorang pimpinan tidak memiliki visi kedepan, hal ini akan dengan mudah dilewatkan karena lebih memprioritaskan untuk pencapaian jangka pendek
      Ada sejumlah tipe standar manajerial, sebagian mungkin sudah pernah Anda alami sendiri. Tipe yang paling umum ditemukan adalah gaya tradisional "Aba-aba dan Kendali", yang aslinya berasal dari dunia militer. Untuk memberi aba-aba dan menjaga kendali, seorang manager biasanya akan mendiktekan hal-hal yang harus dikerjakan, cara pengerjaan, dan tenggat waktu tanpa mendiskusikan atau meminta masukan dari pihak lain. Gaya ini sudah ditinggalkan dalam tahun-tahun terakhir karena terbukti tidak memberdayakan orang lain, namun manager, sadar atau tidak, masih mempraktekkannya dengan efek yang sangat membahayakan budaya dan spirit perusahaan.
    Gaya lain misalnya, ada tim yang dikelola secara ketat oleh manejer--- entah dengan maksud baik ataupun tidak. Ada pula tim yang dibiarkan bekerja sendiri (dan seringkali tanpa arah) oleh manager-maneger yang enggan terlibat. Sementara itu, ada juga manager yang tidak bisa mentolerir kinerja yang kurang baik dan tidak mampu memberikan kritik yang membangun. Bahkan ada pula manager yang menghindari berkomunikasi sama sekali karena tidak mau menghadapi percakapan yang sulit.
    Hubungan antara manager dengan orang-orang yang melapor langsung kepadanya, sebetulnya sangat penting. Sebuah tim hanya akan berhasil apabila para anggota tim di dorong untuk melakukan apa yang mereka mampu lakukan dengan baik, merasa memiliki tugas tertentu, dan tercipta nya sebuah lingkungan kerja di mana semua orang merasa dihargai. Jadi, saat ada pegawai baru yang masuk ke sebuah perusahaan, bukan pemimpin yang visioner atau gaji yang tinggi yang akan menentukan kadar keterlibatan, komitmen kerja, dan pencapaian hasilnya. Melainkan, hubungan si pegawai dengan manajernya. 
    
(Sumber: SUCCESS---Andrea Molly) 

Comments